ULASAN NOVEL "DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN" KARYA TERE LIYE


Judul buku : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT.Gramedia Pustaka Utama
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 2010
Tebal halaman : 264 halaman
Desain dan ilustrasi sampul : Orkha Creative
 Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin merupakan salah satu novel karya Tere Liye. Novel ini menceritakan tentang kisah seorang gadis bernama Tania yang mencintai seorang laki-laki bernama Danar. Dimana pada novel tersebut dijelaskan bahwa usia Danar memiliki selisih yang cukup jauh disbanding usia Tania. Kisahnya berawal dari kehidupan Tania yang penuh dengan kemiskinan, sehingga ia dan adiknya harus menjadi pengamen jalanan. Pada suatu ketika, mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang disebut-sebut sebagai “malaikat” pada novel ini. Pertemuan tersebut telah mengubah semuanya.”Malaikat” itu telah mengubah kehidupan Tania beserta keluarganya. Merengkuh Tania, Dede, dan Ibunya dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa.
 Pada bab awal buku ini menceritakan pertemua Tania dengan seorang “malaikat” yang akan mengubah kehidupannya. “Malaikat” ini tak lain adalah Danar. Danar telah mengubah semuanya, ia telah memberikan tempat tinggal yang layak untuk mereka, bahkan Danar juga menyekolahkan Tania dan Dede. Tania sangat menyayangi Danar. Baginya Danar telah memberikan janji masa depan yang lebih baik untuk ia dan keluarganya. Pada usia Tania yang masih menginjak 11 tahun, ia mulai memiliki perasaan khusus terhadap Danar. Namun, ia masih belum mengerti akan perasaan yang dimilikinya.
 Kehidupan Tania telah sempurna. Ia dapat menempati kontrakan yang nyaman bersama Ibu dan Dede. Sekarang ia juga dapat bersekolah seperti teman-teman pada umumnya. Bahkan, ia tidak perlu bersusah payah mengamen dari satu bus ke bus yang lain seperti dulu lagi, karena Ibu telah memiliki pekerjaan sebagai penjual kue.
 Namun, beberapa tahun setelah semuanya terasa sempurna, Tania harus menelan kenyataan pahit. Ibunya harus tiada karena penyakit jantung yang dideritanya. Tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, Danar mengirimkan Tania untuk melanjutkan sekolah di ASEAN Scholarship yang berada di Singapura dengan jalur beasiswa. Tania berpikir, jika ia berhasil atau mendapatkan nilai yang bagus di kelasnya, ia akan membanggakan ibunya di surga.
Hari-hari Tania penuh dengan hal-hal baru selama satu tahun pertama belajar di Singapura. Jarak sama sekali tidak mengganggu Tania untuk berhubungan dengan Danar. Danar menjadi ibu, teman, kakak, sekaligus ayah baginya. Menasihati banyak hal dan memotivasi untuk terus belajar. Tania semakin mencintai Danar. Terlebih setelah Danar memberikan sebuah liontin bertuliskan huruf “T” sebagai kado sweet seventeen Tania ketika Danar dan Dede berkunjung ke Singapura. Tapi liontin tersebut sekaligus menjadi teka-teki bagi Tania. “T” bisa saja memiliki banyak arti. Bisa jadi Tersayang, Tercinta, atau yang lainnya. “T” juga bisa berarti Teman.
 Tania merasa tidak pantas mencintai Danar. Ia merasa tak pantas mencintai seseorang yang telah menjadi “malaikat” bagi keluarganya itu. Bagaimanapun juga, baginya Danar hanya menganggapnya sebagai adik, tidak lebih. Lagi pula Danar akan menikah tiga bulan lagi. Jadi, tak mungkin baginya untuk bersatu dengan laki-laki yang memiliki selisih usia 14 tahun dengannya itu.
Disaat hari yang telah ditunggu-tunggu datang Tania justru mendengar kabar yang menyakitkan. Tania adalah anak yang sangat pintar. Saat graduation day ia lulus dengan predikat terbaik di SMA nya. Selain mendapati kabar baik itu, disaat yang bersamaan ia juga mendapati kabar bahwa Danar dan Kak Ratna akan menikah, dan ia diminta untuk pulang menghadiri acara pernikahannya itu. Tania tak bisa memenuhi permintaan dari Danar tersebut. Baginya melihat Danar menikah dengan Kak Ratna adalah hal paling menyakitkan dalam hidupnya, sama seperti ia kehilangan ibunya waktu itu. Ia membuat berbagai alasan untuk tidak datang ke pernikahan mereka.
Setelah pernikahan itu, Tania dan Danar jarang sekali memberi kabar satu sama lain. Tania mencoba untu melupakan dan mengubur perasaannya dalam-dalam. Setelah beberapa tahun menikah, Kak Ratna menjadi sering mengirim e-mail kepada Tania. Kak Ratna sering bercerita kepada Tania mengenai sikap Danar yang berubah, berbeda jauh dari sebelumnya. Padahal pasangan tersebut telihat sangat serasi di depan Tania.
Dede juga menjadi sering berkirim e-mail dengan Tania. Dede sering menceritakan keaadan disana, keadaan keluarga Danar. Saat Tania pulang ke Indonesia, Dede juga memberi tahu Tania bahwa liontin yang diberikan oleh Danar kepada Tania adalah liontin yang spesial. Dimana pada liontin mereka, masing-masing terdapat gambar bunga linden yang terpotong menjadi dua, yang jika disatukan akan membentuk sebuah bunga linden yang sempurna menyerupai bentuk hati.
Sebelumnya Tania tak mengetahui jika Danar ternyata juga mencintainya. Namun, semuanya sudah tidak bisa dirubah. Tuhan telah menentukan takdir Tania. Ia tak bisa menolak atau menghindarinya. Seperti halnya daun yang jatuh tak pernah membenci angin, begitu pula Tania harus bisa menerimanya. Setelah semua potongan teka-teki akhirnya terjawab, Tania memutuskan untuk pergi ke Singapura dan tidak akan pernah kembali lagi ke Indonesia.
Novel ini memberikan banyak pelajaran bagi pembacanya. Novel ini mengajarkan kita, bahwa tidak semua keinginan kita bisa tercapai karena Tuhan telah menentukan takdir untuk kita. Selain itu, novel ini juga mengajarkan kita untuk tulus dalam mencintai, serta selalu ikhlas, tabah dan sabar ketika menghadapi suatu masalah.
Bahasa yang digunakan dalam novel ini mudah dimengerti. Penulis menggunakan bahasa-bahasa yang sering dijumpai anak remaja pada kehidupan sehari-hari. Judul pada setiap bab nya juga mewakili isi dari cerita di bab itu, sehingga pembaca tidak akan bingung mengikuti alur cerita novel tersebut. Namun, ternyata penulis juga memiliki kesalahan dalam beberapa detail cerita yang seharusnya sesuai dengan faktanya. Di novel tersebut diceritakan bahwa Tania mendapatkan beasiswa bersekolah di ASEAN Scholarship. Sedangkan pada kenyataannya tidak terdapat beasiswa ASEAN untuk anak SD yang akan melanjutkan pendidikan SMA di Singapura, sehingga penulis terkesan tidak konsisten dengan alur nyata yang berusaha dihadirkan dalam novel tersebut.
Secara keseluruhan isi dari novel ini sangat bagus. Selain bacaan dan alur ceritanya yang mudah dimengerti, didalam novel ini juga mengandung banyak nilai kehidupan. Novel ini sangat sesuai untuk dibaca para remaja. Namun, tidak cocok dibaca oleh anak-anak karena menceritakan tentang kisah cinta yang dewasa.
                                      (Najwa K. Z. 22/8J)

Komentar

Postingan Populer