ULASAN NOVEL "DI ANTARA LUMPUR, MAINANKU HILANG" KARYA
Penulis :Panca Javandalasta
Editor :Arini Hidajati
Tata :@ruri_hefni
sampul
Pracetak :Arini,Dwi,Yanto
Cetakan :Juli 2012
pertama
Penerbit :Diva Press
Buku ini merupakan karya dari Panca Javandalasta,yang diterbitkan pertama kali oleh Diva Press pada tahun 2012.Menceritakan tentang tragedi lumpur panas Lapindo tahun 2006 melalui perspektif seorang bocah bernama Bayu,yang juga merupakan pemeran utama dalam buku ini.Bayu adalah salah satu korban semburan lumpur Lapindo yang tinggal di pengungsian pasar baru porong bersama kedua orang tuanya.Semenjak tragedi tersebut kehidupanya berubah total.
Ditengah asyiknya Bayu bermain,Slamet memanggil “Yu kon digoleki bapakmu ndek pengungsian.”Bayu heran karena biasanya disiang hari begini bapaknya bekerja serabutan hanya untuk memenuhi kebutuhan.Namun tanpa berpikir panjang Bayu langsung menuju pengungsian menemui bapaknya.Sesampainya di pengungsian ternyata bapaknya mengajak Bayu untuk menjadi pemandu wisata lumpur.Bayu awalnya ragu ragu untuk menjalani profesi itu,namun mau bagaimana lagi,jika tidak begitu ia takkan bisa makan untuk nanti malam.
Begitulah kegiatan Bayu sehari hari.Ditengah mengantar para pengunjung ia terkadang keheranan.Mengapa orang orang ingin melihat fenomena terbesar di negeri ini.Entah apa alasan mereka datang kemari.Karena sebenarnya ada 2 alasan besar mereka datang kesini.Alasan pertama,mereka mau merasakan empati masyarakat sekitar korban semburan lumpur atau malah alasan kedua,mereka hanya ingin menonton saja.Kadang Bayu sedih karena penderitaanya harus menjadi tontonan orang lain.Semenjak pabrik tempat bapak Bayu tenggelam,bapaknya menjadi tidak bisa member nafkah lagi.sehingga Bayu dan ibunya harus ikut bekerja untuk memenuhi kebutuhan.Ibunya bekerja sebagai buruh cuci di perumahan kompleks militer Sidoarjo.Penghasilan mereka bertiga memang tidak terlalu besar,namun setidaknya cukup untuk mereka bertiga makan.
Buku ini memberikan banyak pelajaran hidup bagi para pembacanya.Tentang bagaimana perjuangan para pengungsi untuk menyambung hidup dan memperoleh keadilan dari PT.Lapindo.Buku ini menggunakan perspektif orang pertama yang diperankan oleh Bayu.Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dengan selingan Bahasa Jawa dalam percakapanya.Alur yang digunakan maju,namun terkadang mundur untuk menceritakan peristiwa sebelum semburan lumpur terjadi.Kalimat yang digunakan terkadang menyindir pemerintah PT.lapindo itu sendiri.Buku ini terdiri dari 329 halaman dengan 22 cerita didalamnya.
Dengan bahasanya yang meggunakan campuran Indonesia dan Jawa dalam percakapanya.hal itu dapat dipahami oleh orang jawa itu sendiri,namun mungkin akan sulit dipahami oleh pembaca yang bukan merupakan orang jawa.Meskipun begitu penulis dapat mengakalinya dengan memberikan translate percakapan dibawah bacaan meskipun tidak semua.Cerita yang dihadirkan sangat menarik dan mengundang empati pembacanya.Suka duka para pengungsi diuraikan secara detail sehingga pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi sebenarnya.Rangkaian kejadian terkadang tidak runtut sehingga terkadang pembaca harus merangkai ulang cerita yang disampaikan.
Buku ini sangat direkomendasikan karena isinya banyak mengandung nilai kehidupan dan perjuangan serta beberapa kebahagiaan kecil para korban semburan lumpur Lapindo.Secara tersirat buku ini mengajarkan kita bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini.
Komentar
Posting Komentar