ULASAN NOVEL "KATA" KARYA RINTIK SEDU

Judul buku : Kata
Penulis : Rintik Sedu
Penerbit : Gagas Media
Kota Penerbit : Jakarta Selatan
Tahun Terbit : 2018
Jumlah halaman : 389 halaman

Novel Kata adalah salah satu dari keempat novel karya Rintik Sedu yang bernama asli Nadhifa Allya Tsana. Novel ini berawal dari akun watpadd milik @rintiksedu yang kemudian menjadi best seller dan terbit menjadi buku. Novel Kata telah tersebar hampir di seluruh toko buku di Indonesia dan memiliki banyak peminat. Novel ini menceritakan kisah cinta gadis judes bernama Binta yang berparas cantik dan berbadan mungil dengan cowok ekstra sabar bernama Nugraha atau Nug yang tampan, pintar, dan tajir.

Binta Dineshcara adalah anak komunikasi semester tiga yang tinggal hanya dengan seorang mama penderita penyakit skizofrenia. Penyakit ini membuat diri Binta menjadi lebih over protektif terhadap mamanya, karena buat Binta mamanya adalah hidupnya bahkan melebihi kebahagiannya sendiri. Saat Binta kecil, papanya pergi meninggalkan mereka berdua, entah kemana, tanpa kabar, dan menghilang begitu saja. Dan semenjak itu, laki-laki yang disebut papanya itu telah membuat hidup Binta berhenti percaya dengan yang namanya cinta.

Lalu seketika muncul Nug, anak arsitektur semester lima, salah satu teman Cahyo (sahabat Binta) telah membuat Binta percaya lagi akan hal cinta. Sikap judes gadis ini tidak membuat Nug menyerah begitu saja , walau ia sering ditolak dan tidak ada satu pun kepastian dari Binta. Tidak heran, jika Nug disebut cowok ekstra sabar menghadapi gadis yang tidak suka berkomunikasi itu. Lantas apa yang membuat Binta memilih di jurusan komunikasi ini? Ya, ini adalah salah satu permintaan laki-laki gemar berpuisi dan berkelana sekaligus termasuk orang yang pernah menjadi sosok spesial selain mamanya dan Nug di kehidupan Binta. Laki-laki itu bernama Biru, cowok yang pernah mengecewakan Binta untuk kedua kalinya setelah papanya. Jawaban dari perasaan Binta kepada Biru yang begitu menyakitkan adalah alasan Binta kecewa karena Biru, walaupun Biru sebenarnya berbohong dengan perasaannya itu melalui jawaban tersebut. Ia berbohong bahwa ia tidak mencintai Binta, padahal Biru mencintai Binta lebih dari sekedar persahabatan yang mereka jalin sejak kecil. Karena buat Biru, Nug lebih pantas membahagiakan Binta ketimbang dirinya yang hanya berkelana tidak jelas itu.

Waktu demi waktu pun berlalu, akhirnya Biru meninggalkan Binta dan membiarkan Nug dan Binta saling mencintai hingga mereka membentuk keluarga kecil yang begitu bahagia. Begitu pun dengan Biru, ia sukses menjadi sastrawan puisi yang sesuai dengan permintaan Binta dulu ketika mereka menjalin persahabatan, permintaan itu adalah kelak nanti Binta ingin agar puisi-puisi Biru nan indah itu dibukukan dan disebarluaskan.

Novel ini mengajarkan kita bahwa kehidupan itu seperti roda berputar, kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. Begitu pula dengan kisah novel ini, dulu kehidupan Binta sangat memprihatinkan, mamanya berpenyakitan sedangkan papanya menghilang tanpa kabar. Tetapi di kemudian harinya, Binta hidup bahagia dengan sebuah keluarga kecil bersama Nug. Jadi disini, kita dianjurkan supaya selalu sabar dan ikhlas dalam menjalani hidup.

Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini agak terbelit-belit sehingga pembaca menjadi sedikit kebingungan. Alurnya yang maju mundur membuat jalan ceritanya agak sulit dicerna dan dipahami, sehingga pembaca harus mengulang-ulang kalimat tersebut sampai paham. Namun, novel ini memiliki cover yang menggambarkan dua orang sedang menikmati senja sehingga sesuai dengan judulnya "kata tentang langit yang kehilangan senja" begitu menarik perhatian pembaca.

Walaupun alur maju mundurnya agak sedikit membingungkan, tetapi novel ini dijamin bakal membuat kalian kepo dan selalu bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya dalam benak kalian. Apalagi buku ini mengandung amanat atau pesan kehidupan yang berarti. Yuk, buruan beli di toko terdekat kalian!

                                     (Kartikasari S. 14/8J)

Komentar

Postingan Populer